Rabu, 16 Januari 2013

pembangunan ekonomi indonesia


Pembangunan Ekonomi Indonesia Saat Ini, Konsep vs Implementasi
Setahun sudah MP3EI ( Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) direalisasikan. Satu bentuk perencanaan utama yang muncul di bulan Mei tahun 2011 atas inisiatif Kementerian Koordinator Perekonomian dalam rangka meningkatkan pembangunan Ekonomi Indonesia. Berbagai tanggapan positif dan negatif muncul dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa.
Sejak dulu semua orang tahu, bahwa negara kita sudah punya blueprint pembangunan yang secara konsep dan teori sudah benar secara ilmiah, dari sejak dulu konsep Repelita yang begitu didengungkan di zaman orde baru, hingga kini berganti menjadi Rencana Pembangunan jangka Menengah maupun Panjang. Kemudian datanglah MP3EI, Pro kontra seketika muncul didalamnya, banyak yang meragukan ini hanya menjadi sekeder dokumen perencanaan bentuk lain yang hanya akan menjadi dokumen di atas kertas lainnya yang menemani dokumen perencaan sentral lainnya yang sudah lebih dahulu muncul seperti Rencana Tata Ruang Nasional, Rencana Pembangunan Nasional,dan lain-lainnya yang begitu baik,ideal, dan menjanjikan.
Harus diakui semua dokumen yang telah dibuat sebelumnya, begitu lemah dalam implementasi. Para pelaksana di daerah dan lapangan begitu kebingunan bahkan mengindahkan dokumen-dokumen yang telah memiliki kekuatan hukum tetap tersebut. Banyak yang skeptis, rencana-rencana ini tidak realistis, sulit dicapai, utopis, dan tidak berpengaruh apa-apa.
MP3EI menawarkan salah satu bentuk implementasi dalam tataran skala nasional, bagaimana Rencana Pembangunan dan Rencana Tata Ruang yang ada bukan untuk saling bertindihan, namun menjadi pelengkap dari Rencana-rencana strategis tersebut dalam hal implentasi dan mendetailkan tahapan-tahapan pembangunan yang ada. Bukan hanya menjadi dokumen normatif namun juga implementatif bagi pembangunan yang ada, khusunya mengenai infrastuktur yang dapat menjadi panduan bagi pengambil kebijakan di daerah serta investor-investor yang ada.
Percepatan, Pertumbuhan Global dan Perkembangan Ekonomi Nasional
Mengapa harus percepatan? Saat ini kita terus berpacu dengan persaingan global yang semakin terbuka, perdagangan bebas dan kemajuan teknologi informasi menuntut kita untuk terus berpacu dalam membangun perekonomian. Semenjak negara kita dilanda krisis ekonomi 1998, perekomian kita jatuh, ditinggalkan para investor dan stabilitas keamanan,sosial,investasi yang sangat rawan digoyang. Kemudian seiring bangkitnya perekonomian kita kembali, tidak cukup kita hanya bangkit karena disaat yang sama negara-negara lain terus berkembang. Diperlukan usaha lebih untuk menjadikan negara kita kembali menjadi Macan Asia, bahkan dunia.
Mau tidak mau, pro maupun kontra dengan konsep yang dibawa MP3EI ini menawarkan sesuatu yang sedikit banyak memberikan perubahan yang signifikan dibandingkan dengan konsep lama yang diterapkan di Inonesia,yaitu Trickle Down Effect dimana menciptakan pusat pertumbuhan sentralistik yang terus dikembangkan yang tadinya diharapkan akan memberikan efek tetesan-tetesan perkembangan ekonomi ke orde yang lebih rendah, kemudian begitu seterusnya tetesan ini akan sampai pada orde terendah. Namun kenyataannya tetesan ini menetes begitu lambat, bahkan sudah habis atau tidak sampai pada orde terendah karena terlalu ideal dan memakan proses yang panjang. Sementara kita harus terus berpacu dengan pertumbuhan global yang terus mendesak kita untuk terus bersaing. 
MP3EI menawarkan babak baru yang menjanjikan, percepatan dilakukan dalam berbagai hal. Percepatan ini dibangun melalui industrialisasi yang spesifik, industriailisasi dalam hal ini adalah bagaimana membangun economic base yang mampu mengolah dan memberi nilai tambah bagi setiap sumber daya yang dianggap strategis bagi masing-masing kawasan. Sehingga economic base ini akan menjadi faktor kunci yang kemudian akan mampu menarik economic non base yang berfungsi sebagai pendukung dari base itu sendiri. Misalnya industri pertanian yang akan dikembangkan di sulawesi, akan menjadi economic base yang kemudian akan mengenerate perekonomian pendukung (non basic) seperti kebutuhan akan industri pembuatan mesin pertanian, pupuk, pengangkutan, hingga perdagangan kebutuhan dasar dari pekerjanya. Industri pariwisata di kawasan Bali Nusa Tenggara, diharapkan mampu mengenerate ekonomi masyarakat lokal melalui kegiatan penyedian industri terkait seperti hotel, transportasi, rumah makan, sampai pada tergeraknya perekonomian mikro seperti pembuatan souvenir lokal khas yang dilakukan oleh penduduk setempat.    
Setahun berjalan, MP3EI mampu menarik dan mempercepat investasi baik yang berupa investasi dalam bentuk infrastuktur maupun sektor rill.Selama setahun 39 proyek infrastuktur bernilai Rp 195,9 Triliun berhasil dijalankan. Sementara investasi di sektor riil sejumlah 50 proyek bernilai Rp 294,8 Triliun di seluruh enam koridor yang ada. Hal ini tentunya memberi angin positif bagi perekonomian nasional, beberapa dampak yang sudah mulai dapat dirasakan adalah semakin meningkatkan daya beli dan proporsi penduduk kelas menengah di Indonesia yang semakin besar. 
Perluasan, Pemerataan, Desentralisasi Ekonomi
Pembangunan ekonomi nasional, tentunya tidak lepas dengan apa yang disebut dengan pemerataan. Isu ketimpangan antar daerah, Jawa-non Jawa merupakan isu hal yang sudah kita lama ketahui bersama. Bagaimana kemudian daerah-daerah perbatasan hanya menjadi daerah terluar bukan daerah terdepan, ibarat teras dan ruang tamu negara yang harusnya menjadi perhatian utama bukan dianggap sulit dijangkau dan hampir menjadi bagian negara tetangga atau bahkan menyatakan siap merdeka.
MP3EI menawarkan apa yang disebut dengan pemerataan, perluasan, serta desentralisasi bagi daerah untuk membuka investasi sebesar-besarnya sesuai dengan potensi sumber daya yang dimilikinya. Enam koridor ekonomi yang mencakup di kawasan-kawasan yang secara geopolitik berdekatan diharapkan mampu memberikan pemerataan yang kita harapkan. Daerah perdesaan di Kalimantan akan diarahkan mandiri secara ekonomi dengan sumberdaya pertambangan melimpah yang dimilikinya, inventasi infrastruktur dan sektor riil akan menjadi faktor penarik dan pendorong yang fundamental bagi pembangunan ekonomi di koridor tersebut.
Disamping itu perluasan ini secara mikro tentunya akan menarik peluang kerja dari proyek-proyek pembangunan yang dijalankan, pengangguran akan mampu dikurangi secara signifikan baik secara langsung maupun menjadi kegiatan perekonomian sekunder yang muncul dari proyek pembangunan ekonomi yang ada. Hal ini tentunya kemungkinan secara makro akan meningkatkan pendapatan perkapita dari Indonesia disamping Produk Domestik Bruto yang akan semakin tinggi dan kuat karena memiliki fondasi produksi industri yang kuat.     
Jika kita cermati perjalanan satu tahun MP3EI dalam hal perluasan, dari 39 proyek infrastuktur yang ada, 12 proyek di Sumatera, 17 proyek di Jawa, 4 proyek di Kalimantan, 2 proyek di Sulawesi, 3 proyek di Bali-NTT, dan I proyek di Papua-Maluku. Sementara di sektor rill, 14 proyek di Sumatera, 19 proyek di Jawa, 4 proyek di Kalimantan, 7 proyek di Sulawesi, 3 proyek di Bali-NTT, serta 3 proyek di Papua-Maluku. Hal ini menunjukan pemerintah saat ini cukup serius menanggapi pemerataan di sektor ekonomi.
Kompas Sudah Tepat, Kapal Mulai Berlayar
Memang tentu ada berbagai evaluasi yang muncul selama keberjalanannya, tapi konsep keseluruhan yang dibawa tidak perlu disangsikan lagi. Saat ini kita dibutuhkan, khususnya generasi muda dalam mewujudkan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi itu sendiri. Realisasi adalah kuncinya, dan yang menjadi kelemahan bangsa kita terbesar saat ini. Seringkali kita tidak mampu menghubungkan jembatan antara konsep dan realisasi. Bagaimana pun nantinya modifikasi konsep yang dikembangkan ini, yang harus kita cermati adalah bagiamana MP3EI ini benar-benar mempercepat pembangunan ekonomi tetapi tetap menguatkan posisi tawar negara kita sendiri terhadap investor swasta maupun asing yang ada, misalnya dengan tetap memperkuat BUMN, perlindungan tenaga kerja, maupun sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan investasi asing dengan menguatkan investasi dalam negeri. Serta perluasan yang ada saat ini lebih perlu diperhatikan lagi wilayah timur, karena jika dibandingkan wilayah barat masih cukup jelas ketimpangan yang terlihat.
Secara filosofis, teoritis, maupun praktek di lapangan selama setahun terakhir, MP3EI memiliki akar yang kuat, pohonnya mulai tumbuh dengan subur serta buah dan bunganya mulai bermekaran. Ibarat kapal yang akan berlayar, bahan bakar, logistik, dan kru sudah mulai berlayar ke tujuan dengan kompas yang tepat. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mendukung program ini. Hanya bagaimana keuletan dan konsistensi dukungan dari seluruh pihak untuk mensukseskan dan mengawal realisasi program ini. Jadi, pertanyaannya sekarang adalah kenapa kita harus takut dan menatap kebelakang saat terus berjalan kedepan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar