PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika ditinjau dari perkembangan dan
pertumbuhan seseorang, maka makin terlihat jelas bahwa hidup seseorang di dalam
lingkungan yang berbudaya, itu merupakan perjuangan dari seseorang individu
dengan hak azazi manusiawi dalam menyatakan dirinya, dan makhluk yang
berkehendak menurut dirinya sendiri. Semakin aktif dia memberikan kontribusi
kepada lingkungan sosialnya, makin ia menjalin ikatan dan menerima norma dari
lingkungan sosialnya, maka makin ia meningkatkan aspirasi-aspirasinya dalam
mempersoalkan kepentingan untuk mencapai cita-citanya dalam mewujudkan diri
(selfactualization), yang mengacu pada kemandirian.
Mendidik pada hakikatnya merupakan
bantuan untuk mencapai perkembangan dalam mewujudkan dirinya tanpa mengabaikan
lingkungannya. Seorang manusia yang seutuhnya harus mencakup kemandirian
seseorang dan kemampuan untuk ikut bertanggung jawab terhadap penbangunan
bangsanya.
Dari hal tersebut dapat kita tahu
bahwa objek pendidikan sekaligus menjadi subjek dan perilaku dari kegiatan
pendidikan tersebut. Yang nantinya subjek pendidikan tersebut mampu berpikir
mandiri yang menuntut interaksi dalam kehidupan lingkungan maupun di dalam
kelas yang tidak semata-mata merupakan pemberian informasi searah dan menyimak
tanpa ada kegiatan untuk mengembangkan secara kreatif ide maupun sikap dan
keterampilan secara mandiri. Di sinilah terlihat pentingnya sebuah pendekatan
belajar yang mampu membuat siswa untuk aktif dalam sebuah pembelajaran agar
pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran yang bermakna.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat
dirumuskan beberapa masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Masalah
tersebut meliputi:
- Apakah pengertian pendekatan CBSA?
- Apa karakteristik, inti dan kerangka CBSA?
- Apa keunggulan penggunaan CBSA dalam pembelajaran?
- Apa rambu-rambu penyelenggaraan CBSA?
- Bagaimana penerapan dan langkah-langkah pelaksanaan
CBSA dalam pembelajaran?
- Bagaimana strategi agar peserta didik terlibat secara
langsung dalam pembelajaran?
- Bagaimana contoh cara pembelajaran aktif?
- Apa konsekuensi penggunaan pembelajaran aktif
(pembelaran berpusat pada siswa)?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut kami
berharap pembaca dapat mencapai tujuan sebagai berikut:
- Untuk mendeskripsikan pengertian CBSA.
- Untuk menjabarkan karakteristik, inti dan kerangka
CBSA.
- Untuk menjabarkan keunggulan penggunaan CBSA
dalam pembelajaran.
- Untuk menjelaskan rambu-rambu penyelenggaraan CBSA.
- Untuk menjabarkan penerapan dan langkah-langkah
pelaksanaan CBSA dalam pembelajaran.
- Untuk menjabarkan strategi agar peserta didik terlibat
secara langsung dalam pembelajaran.
- Untuk menjelaskan contoh cara pembelajaran aktif.
- Untuk menjelaskan konsekuensi penggunaan pembelajaran
aktif (pembelaran berpusat pada siswa).
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
CBSA.
Siswa belajar secara aktif ketika
mereka terlibat secara terus-menerus, baik mental maupun fisik. Kegiatan fisik
yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan,
menulis, meragakan, dan mengukur. Sedangkan contoh kegiatan psiskis seperti
mengingat kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan
hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, serta
kegiatan mental lainnya. Dan yang terpenting adalah adanya keterlibatan
intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran aktif itu perlu
semangat hidup, giat, berkesinambungan, kuat dan efektif. Selain itu,
pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa
bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami.
Dari penjelasan di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa pendekatan CBSA adalah anutan pembelajaran yang
mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam
pembelajaran, dengan melibatkan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan
intelektual-emosional/ fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, diarahkan
untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan
belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
B.
Karakteristik, Inti dan Kerangka CBSA.
Pembelajaran yang mengajak siswa
untuk aktif, akan tampak ketika sebuah pembelajaran benar-benar menunjukan
orientasinya pada peserta didiknya. Dan akan berlaku sebaliknya apabila arah
pembelajaran tersebut berorientasi kepada guru.
Raka Joni (1992: 19-20) ( dalam buku
Belajar & Pembelajaran karya Dimyati & Mudjiono) mengungkapakan bahwa
pembelajaran yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakteristik sebagai berikut:
- Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa.
Menunjukan bahwa siswa berperan
aktif dalam mengembangkan cara-cara balajar mandiri, siswa berperan serta pada
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih
diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.
- Guru adalah pembimbing dalam terjadinya
pengalaman belajar.
Guru bukan satu-satunya sumber
informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar, yang memberikan peluang
bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan/ keterampilan melalui usaha
sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat
mengembangkan untuk membuat suatu karya.
- Tujuan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar
standart akademis.
Selain pencapaian standar akademis,
kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara utuh dan
setimbang.
- Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih
menekankan pada kreativitas siswa dan memperhatikan kemajuan siswa untuk
menguasai konsep-konsep dengan mantap.
- Penilaian.
Penilaian dilaksanakan untuk
mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa, serta megukur berbagai
keterampilan yang dikembangkan, misalnya keterampilan berbahasa, keterampilan
sosial, keterampilan matematika, dan keterampilan proses dalam IPA dan
keterampilan lainnya, serta mengukur hasil belajar siswa.
Sementara itu, Mc Kearchie
mengemukakan 7 dimensi proses pembelajaran yang menunjukan kadar CBSA. Adapun
dimensinya meliputi:
- Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan
pembelajaran.
- Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.
- Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama
yang berbentuk interaksi antar siswa.
- Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok.
- Kebebasan/ kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk
mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
- Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah
pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan
sekolah/ pembelajaran.
Sedangkan Yamamoto meninjau bahwa
apakah suatu proses menunjukan CBSA, dapat dilihat dari segi kesadaran siswa
dan guru yang terlibat di dalamnya. Ia menambahkan bahwa proses pembelajaran
akan optimal terjadi apabila siswa yang belajar ataupun guru yang membelajarkan
memiliki kesadaran dan kesengajaan terlibat dalam proses pembelajaran sehingga
akan memunculkan berbagai interaksi pembelajaran.
Pendidik hendaknya juga menyadari
bahwa peserta didik memiliki berbagai cara belajar. Beberapa peserta didik
paling baik belajar dengan cara melihat orang lain melakukannya. Biasanya,
mereka secara hati-hati mengurutkan presentasi informasi. Mereka lebih senang
mencatat apa yang pengajar katakan. Selama pelajaran, mereka cenderung tenang
dan jarang terganggu oleh suara. Peserta didik yang visual kebalikan dari
peserta didik yang bersifat auditory, yang sering kali tidak terganggu melihat
apa yang pengajar lakukan, atau tidak tertarik membuat catatan. Mereka
benar-benar ada pada kemampuannya untuk mendengar dan mengingat. Selama
pelajaran mereka biasanya aktif bercakap-cakap dan dengan mudah terganggu oleh
suara. Sedangkan peserta didik yang bersifat kinestetik adalah menguatkan
belajar dengan terlibat secara langsung dalam aktivitas. Mereka cenderung pada
gerak hati, dengan sedikit sabar. Selama pelajaran berlangsung, mereka mungkin
gelisah kecuali mereka dapat bergerak dan melakukannya. Pendekatan mereka untuk
belajar dapat terjadi secara acak dan random.
Tentu saja, beberapa orang termasuk
pada satu jenis pelajar tersebut. Maka pengajar harus memperhatikan
perubahan-perubahan yang ada pada gaya belajar peserta didik. Bruner menekankan
bahwa reciprocity diperlukan bagi kelompok untuk mencapai tujuan,
kemudian terdapat proses yang menyebabkan individu terlibat dalam belajar,
mengantarkannya pada kemampuan yang diperlukan dalam menyusun kelompok (Bruner,
1986) (dalam buku Active Learning karya Silberman Mel). Peserta didik akan
lebih tertarik belajar karena mereka melakukannya dengan teman-teman sekelas
mereka. Sekali terlibat, mereka juga perlu untuk bercakap-cakap mengenai apa
yang mereka alami dengan yang lain, yang mengarahkan pada hubungan selanjutnya.
Aktivitas kolaboratif membantu
mengarahkan belajar aktif. Meskipun belajar independen dan kelas penuh
instruksi juga mendorong belajar aktif, kemampuan untuk mengajar melalui
aktivitas kerja kolaboratif dalam kelompok kecil akan memungkinkan guru
untuk mempromosikan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang peserta didik
diskusikan dengan yang lain dan apa yang peserta didik ajarkan pada yang lain
menyebabkan dia memperoleh pemahaman dan menguasai cara belajar. Salah satu
cara untuk memfasilitasi belajar aktif dalam kelompok kecil adalah memberikan
tugas-tugas pada anggota kelompok seperti pemimpin, fasilitator, pengatur
waktu, perekam, pembicara, pengamat proses atau manajer materi.
Lingkungan fisik dalam ruang kelas
juga dapat menjadikan belajar aktif. Dekorasi interior dari belajar aktif
adalah menyenangkan dan menantang. Dalam beberapa hal, mebelair dapat diatur
untuk membentuk susunan yang berbeda-beda. Lingkungan belajar aktif adalah
tempat dimana kebutuhan, harapan dan perhatian peserta didik mempengaruhi
rencana pembelajaran pengajar.
Diskusi kelas berperan sangat
penting dalam belajar aktif. Dengan mendengarkan keluasan pandangan menantang
peran peserta. Pengajar selama diskusi kelompok berperan memfasilitasi jalannya
komentar dari kelompok. Sekalipun itu tidak perlu untuk menyela setelah setiap
siswa berbicara, secara periodik membantu kelompok agar kontribusi mereka dapat
bermanfaat.
Aktivitas pengalaman betul-betul
membantu membuat belajar aktif. Aktivitas semacam itu secara khusus melibatkan
bermain peran, games, simulasi, dan tugas problem solving. Seringkali jauh
lebih baik bagi peserta didik untuk mengalami sesuatu dari pada sekedar
mendengarkan dan membicarakannya.
Dengan menggunakan teknik-teknik
belajar aktif cenderung mengurangi problem manajemen kelas yang sering kali
mengganggu pengajar yang betul- betul merasa berat pada ceramah dan diskusi
kelompok besar. Pada intinya metode atau teknik apapun yang nantinya
digunakan oleh guru, belajar aktif memerlukan waktu. Oleh karena itu, penting
bahwa tidak ada waktu yang terbuang .
C. Keunggulan
Penggunaan CBSA dalam Pembelajaran.
Dengan semakin berkembangnya zaman,
maka menghendaki sebuah pendidikan seumur hidup. Yang kemudian memunculkan
pertanyaan tentang bagaimana cara agar siswa mampu memperoleh dan meresapkan
pengetahuan , keterampilan dan sikap menjadi kebutuhannya. Bertolak dari
pemikiran tersebut maka perlulah sebuah pembelajaran aktif yang harus segera
terpenuhi.
Dengan penerapan CBSA, siswa akan
mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya
secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang
terdapat di sekitarnya. Selain itu, siswa akan lebih terlatih untuk
berprakarsa, berpikir secara teratur, kritis, dan dapat menyelesaikan masalah
sehari-hari, serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari, dan mengembangkan
informasi yang bermakna baginya.
Di sisi lain, dengan penerapan CBSA,
guru dapat bekerja professional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan
prinsip didaktik metodik yang berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan
efisien). Artinya, guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang mereka
laksanakan secara sistematis. Sehingga, lambat laun penerapan CBSA pada
gilirannya akan mencetak guru-guru yang potensial dalam menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungan alam dan sosial budaya.
D. Rambu-Rambu
Penyelenggaraan CBSA.
Yang dimaksud rambu-rambu CBSA
adalah gejala-gejala yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik dalam
program maupun dalam proses pembelajaran. Rambu-rambu yang dimaksud, yaitu:
- Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan,
meliputi antara lain:
- Kuantitas dan kualitas aktivitas yang melibatkan siswa
untuk belajar langsung dari pengalaman belajar yang diciptakan.
- Kuantitas dan kualitas bahan pembelajaran yang
memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan.
- Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat,
keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya, meliputi antara
lain:
- Kuantitas dan kualitas usul
dan saran dari siswa terhadap bentuk kegiatan belajar yang diminati.
- Kuantitas dan kualitas usul
dan saran dari siswa terhadap prosedur kegiatan belajar.
- Kuantitas dan kualitas usul
dan saran siswa terhadap topik-topik pembahasan.
- Prakarsa siswa dalam
menentukan kelompok kerja.
- Prakarsa siswa dalam
mengusulkan sumber-sumber belajar yang akan dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran.
- Keberanian dan keinginan
siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran, meliputi antara lain:
- Kesediaan siswa dalam
mencari dan menyediaka sumber belajar yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran.
- Kesediaan siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam proses pembelajaran.
- Kuantitas dan kualitas untuk
berbuat dan menghasilkan lebih dari pada yang diharapkan.
- Usaha dan kreativitas siswa
dalam proses pembelajaran, meliputi antara lain:
- Kuantitas dan kualitas
usaha yang dilakukan siswa dalam mencari dan menemukan sumber-sumber
belajara yang ditentukan.
- Kauntitas dan kualitas yang
diajukan siswa dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam proses
pembelajaran.
- Keberanian siswa untuk
memilih cara kerja yang berbeda dari cara kerja yang telah ditentukan
guru.
- Keingintahuan yang ada pada
diri siswa, meliputi antara lain:
- Kuantitas dan kualitas
pertanyaan yang diajukan kepada guru.
- Kuantitas dan kualitas
pertanyaan yang menyimpang dari topik bahasan.
- Kuantitas dan kualitas
pertanyaan yang mengarah kepada penjelasan masalah-masalah yang ada
pada topik.
- Rasa lapang dan bebas yang
ada pada diri siswa meliputi antara lain:
- Sebaran siswa yang
mengemukakan usul dan saran.
- Kuantitas dan kualitas
respon guru terhadap usul dan saran siswa.
- Penerimaan guru terhadap
usul dan saran yang menyimpang.
- Kuantitas dan kualitas
usaha yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong kreativitas
siswa, meliputi antara lain:
- Kuantitas dan kualitas
yang diberikan oleh guru atas pertanyaan dan jawaban siswa.
- Kuantitas kesempatan yang
diberikan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
secara tuntas.
- Kualitas guru sebagai
motivator dan fasilitator, meliputi antara lain:
- Kuantitas dan kualitas
sumber belajar baru yang disediakan oleh guru.
- Kemauan guru menyediakan
sumber-sumber belajar yang dibutuhkan siswa dalam belajar.
- Kemauan dan kesediaan
guru dalam membantu siswa yang membutuhkan.
- Kuantitas dan kualitas
guru dalam menggunakan cara pembelajaran yang baru.
- Tingkat sikap guru yang
tidak mendominasi dalam proses pembelajaran, meliputi antara lain:
- Kuantitas dalam
menentukan bentuk dan jenis kegiatan belajar yang dilakuan oleh guru.
- Kuantitas jawaban yang
diberikan oleh guru dalam menjawab pertanyaan siswa.
- Kuantitas dan kualitas metode dan media yang
dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran, meliputi antara lain:
- Fleksibilitas penerapan strategi dan metode
pengajaran.
- Kuantitas jenis media yang digunakan.
- Jenis-jenis kegiatan/ keterampilan yang dilibaatkan
dalam penggunaan media.
- Keterkaitan guru terhadap program pembelajaran,
meliputi antara lain:
- Keterampilan guru terhadap
tujuan yang dirumuskan dalam program pembelajaran.
- Keterikatan guru terhadap
prosedur pembelajaran yang ditetapkan dalam program pembelajaran.
- Keterikatan guru terhadap
sumber belajar yang telah ditetapkan dalam program pembelajaran.
- Variasi interaksi guru-siswa
dalam proses pembelajaran, meliputi antara lain:
- Kuantitas interaksi searah
guru-siswa.
- Kuantitas interaksi dua arah
guru-siswa.
- Kuantitas interaksi dua arah
guru-siswa dan siswa-siswa.
- Kuantitas interaksi multi
arah guru-siswa.
- Kegiatan dan kegembiraan
siswa dalam belajar, meliputi antara lain:
- Kuantitas siswa yang
mencatat inforamasi/ pesan yang disajikan guru.
- Kuantitas siswa yang
mengganggu belajar siswa lain.
Rambu-rambu tersebut, nantinya dapat
digunakan untuk mengetahui kadar ke-CBSA-an suatu proses pembelajan apabila
dirumuskan kembali ke dalam bentuk panduan observasi/ instrument yang lain.
E. Penerapan
dan Langkah-Langkah Pelaksanaan CBSA.
Dalam sebuah pembelajaran, agar
seorang guru mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang memiliki kadar
CBSA yang tinggi, maka dalam memilih pembelajaran dan menentukan teknik
pembelajaran atau sistem penyampaian, hendaknya benar-benar mempertimbangkan
kemanfaatan dari teknik pembelajaran yang dipilihnya. Teknik pembelajaran yang
dapat diartikan sebagai prosedur rutin atau suatu cara yang telah ditentukan
sebelumnya untuk menyampaikan pesan dengan bahan, alat, latar, dan orang (AECT,
1986: 196) (dalam buku Belajar & Pembelajaran karya Dimyati &
Mudjiono), pada akhirnya membentuk sistem instruksional. Oleh karena pentingnya
teknik pembelajaran ini, maka pemanfaatan teknik belajar hendaknya bersesuiaian
dengan karakteristik , baik karakteristik guru, karakteristik tujuan,
karakteristik mata pelajaran/ bidang studi, dan karakteristik bahan dan alat
pembelajaran.
Pemilihan teknik pembelajaran yang
sesuai dengan faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran, akan membantu guru
mengetahui kemanfaatannya dalam meningkatkan kadar CBSA. Pengetahuan guru
tentang kemanfaatan ketepatan pemilihan teknik pembelajaran akan mengarahkan
guru kepada kesadaran perlunya menyempurnakan dirinya sendiri, sehingga mampu
menjadi katalisator yang semakin meningkat kemampuannya.
Dengan meningkatnya kemampuan guru
sebagai katalisator dalam kegiatan pembelajaran, meningkat pulalah kadar CBSA
dalam pembelajaran yang diselenggarakannya. Kadar CBSA dalam suatu proses
pembelajaran terlihat sejak guru membuat persiapan pembelajaran, yakni pada
jabaran kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa.
Dalam pelaksanaannya, CBSA merujuk
pada langkah-langkah sebagai berikut:
- Pemanasan.
Pemanasan dimulai dengan saling
menyumbang pikiran/ brainstorming tentang gambaran mental yang dimiliki subjek
didik tentang topik yang dipelajari. Bila topik ini baru, maka harus ada
pengalaman langsung yang dapat menjembataninya.
Penghayatan pengalaman ini untuk
subjek didik pada tingkat rendah SD dapat dilaksanakan secara nyata. Disamping
pengalaman ini diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada
titik tolak yang sama dalam melibatkan subjek secara mental, emosional dan
fisik sekaligus merupakan usaha melihat lingkup (konteks) permasalahan.
- Pengamatan (observasi).
Penggunaan indera diperlukan untuk
memperoleh informasi sebanyak mungkin. Untuk itu, perlu diketahui bahwa belahan
otak sebelah kanan memiliki fungsi imajinasi yang perlu dikembangkan dan
belahan otak sebelah kiri terutama memiliki kemungkinan untuk persepsi kognitif
dalam perolehan pengetahuan dan memorasinya. Apa yang terjadi di proses belajar
mengajar konvensional pada umumnya adalah pemberatan pada berfungsinya otak
sebelah kiri.
Usaha perlu dilakukan untuk
mengurangi hal tersebut dengan mengurangi penginderaan kata-kata verbal dan
lebih meragakan melalui gambar, action ataupun realitas sebenarnya. Yang harus
dicapai adalah pengamatan yang relevan. Dengan begitu, keseimbangan dua belahan
otak harus selalu dijaga kondisinya dalam menyerap berbagai pengalaman belajar.
- Interpretasi dan Pengamatan.
Mencatat ciri khas dari sebuah
objek, perkembangan atau kejadian untuk menghubungi pengamatan yang satu dengan
pengamatan yang lain, itu merupakan pola-pola yang harus dideteksi dalam sebuah
rangkaian observasi. Penemuan pola itu adalah basis untuk menemukan maksud
hubungan dan menyarankan kesimpulan (mungkin kejadian tertentu hasil dari
kejadian lain).
- Peramalan.
Pola dan hubungan yang sudah diamati
digunakan untuk meramalkan kejadian yang belum diamati. Suatu ramalan adalah
suatu terkaan bila tidak didasarkan pada hubungan yang diketahui ada melalui
observasi hari ini atau pada masa yang lalu. Subjek didik haru dibantu membedakan
ramalan dan terkaan. Harus ada alasan untuk suatu ramalan yang didasarkan pada
observasi. Jadi, proses peramalan bertumpu dari penalaran terhadap observasi.
- Aplikasi konsep.
Menggunakan konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru atau menggunakan pengalaman baru sebagaimana
timbul dalam usaha penterjemahan apa adanya.
Setiap penjelasan harus dianggap
tentatif yang harus dikonfirmasikan kembali. Kalau pembuktiannya tidak jelas,
maka harus dianggap suatu hipotesis. Sering ada beberapa alternatif hipotesis
untuk disarankan, yang semuanya dapat diterapkan pembuktiannya. Ini yang harus
disadari oleh subjek didik dalam mencocokan kembali kebenaran hipotesis itu.
- Perencanaan penelitian.
Perencanaan penelitian bertolak dari
pertanyaan apa yang harus dijawab secara jelas, hipotesis apa yang mau dicoba
atau apa yang dicobakan. Kejelasan ini mampu melihatkan empirik atau penyajian
nilai adalah bagian dari perencanaan penilaian. Proses ini juga mencakup
mengidentifikasi variabel mana yang perlu diubah atau bisa tetap dipertahankan.
Juga mencakup perencanaan observasi dan uraian apa yang akan dipakai. Cara
pemakaiannya adalah untuk menentukan hasil penilaian.
- Komunikasi.
Proses ini dikaitkan erat dengan
cara subjek didik belajar mengkomunikasikan kata atau objek dipikirkan
perlakuaannya, membutuhkan gambaran ide maupun situasi nyata. Kata-kata itu
baru menyertai pelajaran bila ide sudah dihargai. Komunikasi ini tidak hanya
verbal tetapi juga melalui grafik, chart dan tabel dalam mengatur informasi
atau penyampaian hasil observasi sehingga polanya kelihatan dan kesimpulan bisa
ditarik.
F. Strategi
agar Peserta Didik Terlibat Langsung dalam Pembelajaran.
Cara untuk membuat peserta didik
aktif sejak awal pembelajaran adalah dengan menggunakan strategi-strategi yang
tepat. Strategi tersebut hendaknya membuat para peserta terlibat dalam materi
dengan segera guna membangun minat, membangkitkan keingintahuan dan
menstimulasi pikiran. Pada saat awal pengajaran aktif, ada tiga tujuan penting
yang harus dicapai. Arti penting tujuan tersebut hendaknya tidak diabaikan,
walaupun pelajaran hanya berakhir satu sesi. Tujuan- tujuan tersebut antara
lain:
- Membangun Tim (Team Building) : bantulah peserta didik
menjadi kenal satu sama lain dan ciptakan semangat kerja sama.
- Penegasan: pelajarilah sikap, pengetahuan, pengalaman
para peserta didik.
- Keterlibatab belajar seketika: bangkitkan minat awal
pada mata pelajaran.
Semua tujuan ini, ketika tercapai
akan membantu mengembangkan lingkungan belajar yang melibatkan peserta didik,
mengembangkan kemauan mereka untuk berperan serta dalam pengajaran aktif, dan
menciptakan norma-norma ruang kelas yang positif.
Dapat diketahui bahwa peserta didik
tidak akan berhasil dalam pembelajaran apabila otak atau “komputer” mereka
tidak bekerja. Banyak kesalahan yang dibuat oleh pendidik yaitu dengan mengajar
“terlalu dini,” sebelum para peserta didik siap secara mental. Strategi berikut
akan memperbaiki kecenderungan tersebut, yaitu dengan:
- Berbagi Pengetahuan Secara Aktif.
Strategi ini adalah cara yang bagus
untuk melibatkan peserta dengan segera ke dalam materi pelatihan. Cara ini juga
dapat digunakan untuk menilai tingkatan pengetahuan peserta didik dan untuk
membantu pembentukan kelompok. Cara ini dapat digunakan untuk materi apapun dan
kelompok apapun.
- Rotasi Pertukaran trio.
Cara ini merupakan cara mendalam
bagi peserta didik untuk mendiskusikan masalah dengan peserta didik lainnya.
Pertukaran ini dapat dengan mudah disesuaikan dengan materi pembelajaran.
- Menuju posisi.
Cara ini merupakan cara yang
terkenal untuk menggabungkan gerakan fisik pada awal pelatihan. Teknik ini
cukup fleksibel digunakan dalam berbagai aktivitas yang dideasain untuk
menstimulasi ketertarikan awal terhadap topik pembelajaran.
- Membuat Iklim Belajar Menjadi Menyenangkan.
Cara ini adalah dengan menciptakan
iklim yang menyenangkan, dan informal dengan mengajak para peserta untuk
memahami materi dengan menggunakan humor. Strategi ini dapat mencapai iklim
tersebut dan pada saat bersamaan membuat para peserta didik berpikir.
- Pertukaran Sudut Pandang.
Kegiatan ini dapat digunakan untuk
menstimulasi keterlibatan peserta dengan segera terhadap materi pembelajaran.
Kegiatan ini juga mendorong para peserta didik untuk menjadi pendengar yang
baik dan mempertimbangkan sudut pandang yang beragam.
- Bertanya Benar atau Salah.
Kegiatan kolaboratif ini
menstimulasi keterlibatan terhadap materi pembelajara dengan segera. Kegiatan
ini juga mendukung team building, berbagi pengetahuan dan pembelajaran
langsung.
- Hangman.
Hangman merupakan cara interaktif
dan menyenangkan untuk memperkenalkan sesi pelatihan yang mencakup banyak
informasi. Cara ini akan menghemat waktu yang diperlukan untuk mengisi rincian
setelah permainan, serta dapat membangkitkan minat dan diskusi peserta didik.
Tingkat persaingan dalam teknik ini akan meningkatkan minat peserta didik dalam
mempelajari jawaban.
- Ambil Bagian dalam Pelatihan.
Kegiatan ini menyediakan cara bagi
peserta didik untuk memikirkan tentang bagaimana menerima tanggung jawab atas
pembelajaran yang aktif.
G. Contoh Cara
Pembelajaran Aktif.
- Mengacu pada Tujuan.
Kalau guru bisa menjelaskan tujuan
pembelajaran dengan jelas, maka siswa akan mengerti dan bisa menghubungkan
tujuan tersebut dengan hasil yang akan mereka peroleh dari pembelajaran itu.
Hal ini adalah langkah pertama yang sangat penting saat memulai pelajaran.
Siswa perlu merasa bahwa mereka adalah bagian dari proses pembelajaran. Untuk
memfasilitasi hal ini, setiap rencana pembelajaran menyertakan satu sesi yang
disebut Tujuan Pembelajaran Terukur, yang merangkum tujuan-tujuan pembelajaran,
yang kemudian dijelaskan pada siswa, dan satu sesi di akhir pelajaran yang
disebut refleksi pemikiran mendalam, yang menyertakan saran untuk membantu
siswa merefleksikan kembali pengalaman yang mereka peroleh untuk mengukur
ketercapaian tujuan dan mengetahui apakah mereka mengalami flow selama
pembelajaran berlangsung.
- Melibatkan Siswa.
Secara intuisi, sebenarnya guru
telah mengetahui bahwa untuk membuat pembelajaran lebih bermakna, siswa harus
menggunakan lebih banyak energi mental dan emosional. Maka kegiatan-kegiatan
yang sudah direncanakan secara matang diharapkan dapat membantu siswa tetap
siaga terpikat secara mental untuk terlibat dalam pembelajaran.
- Menggunakan Seni, Gerakan, dan Indera.
Strategi pelajaran dirancang untuk
mengaktifkan kelima panca indera untuk bisa melibatkan siswa secara penuh. Seni
adalah cara yang ideal untuk mengaktifkan beragam indera, mendorong rasa
kebersamaan siswa, menyediakan sarana ganda untuk menemukan dan mengekspresikan
makna, membangun rasa percaya diri dan antusiasme belajar, dan menguatkan
kemampuan dasar kecerdasan: kognitif, emosional, perhatian atau attentional,
dan motorik (Sylwestern 2004; Jensen 2001) (dalam buku Pembelajaran Aktif
karangan Pat Hollingsworth & Gina Lewis). Dan sejumlah pelajaran juga
menggunakan strategi gerakan fisik untuk melibatkan siswa.
- Meragamkan Langkah Kegiatan.
Untuk menjaga agar pikiran selalu
siaga, maka perlu meragamkan langkah dan jenis kegiatan. Setiap kegiatan
menyediakan ide-ide untuk merubah langkah, dan setiap pelajaran disiapkan untuk
bisa diadaptasikan, mudah dalam menambahkan ide untuk meragamkan pembelajaran.
Pembelajaran aktif bisa bersifat mental maupun fisik. Merubah model kerja siswa
dari kerja kelompok besar menjadi kerja individual atau menjadi kelompok kecil
adalah salah satu cara yang mudah dan efektif untuk meragamkan langkah mental.
H. Konsekuensi
Pembelajaran Aktif (Pembelaran Berpusat pada Siswa).
Peningkatan kadar CBSA dalam sebuah
proses pembelajaran berarti pula mengarahkan proses pembelajaran yang
berorientasi pada siswa atau dengan kata lain menciptakan pembelajaran
berdasarkan siswa (Student Based Instruction).
Terdapat beberapa konsekuensi yang
harus diterima dari adanya pembelajaran aktif (berpusat/ berdasarkan siswa),
(Gale, 1975: 204) (dalam buku Belajar & Pembelajaran karya Dimyati &
Mudjiono), meliputi:
- Guru menjadi seorang pengelola (manager) dan
perancang (designer) dari pengalaman belajar.
- Guru dan siswa menerima peran kerja sama (partnership).
- Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan
kelayakannya.
- Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan
syarat-syarat belajar (learning requirements).
- Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.
- Tujuan ditulis secara jelas.
- Semua tujuan diukur/ dites.
Adanya konsekuensi dari penerapan
pembelajaran berdasarkan siswa, yang akan dapat meningkatkan kadar CBSA dalam
suatu proses pembelajaran. Yang lebih jauh akan menuntut guru:
- Memiliki khasanah pengetahuan yang luas tentang teknik/
cara penyampaian atau sistem penyampaian.
- Memiliki kriteria tertentu untuk memilih sistem
penyampaian yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa
yang terlibat dalam proses pembelajaran.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Pendekatan CBSA adalah anutan pembelajaran yang
mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa
dalam pembelajaran, dengan melibatkan fisik siswa apabila diperlukan.
- Pembelajaran yang ber-CBSA dengan baik mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
- Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa.
- Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman
belajar.
- Tujuan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar
standart akademis.
- Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih
menekankan pada kreativitas siswa dan memperhatikan kemajuan siswa untuk
menguasai konsep-konsep dengan mantap.
- Adanya penilaian yang objektif.
- Keunggulan CBSA yaitu:
- Siswa akan mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas
belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat
menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya.
- Siswa akan lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir
secara teratur, kritis, dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, serta
lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari, dan mengembangkan
informasi yang bermakna baginya.
- Guru dapat bekerja professional, mengajar secara
sistematis, dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang berdaya guna dan
berhasil guna (efektif dan efisien).
- Rambu-rambu penggunaan CBSA, yaitu:
- Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan.
- Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat,
keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya.
- Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam
proses pembelajaran.
- Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
- Keingintahuan yang ada pada diri siswa.
- Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa.
- Kuantitas dan kualitas usaha yang dilakukan guru dalam
membina dan mendorong kreativitas siswa.
- Kualitas guru sebagai motivator dan fasilitator.
- Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses
pembelajaran.
- Kuantitas dan kualitas metode dan media yang
dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran.
- Keterkaitan guru terhadap program pembelajaran.
- Variasi interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran.
- Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
- Penerapan CBSA yaitu dengan pemilihan teknik
pembelajaran yang sesuai dengan faktor-faktor penentu kegiatan
pembelajaran, yang akan membantu guru mengetahui kemanfaatannya dalam meningkatkan
kadar CBSA. Dengan meningkatkan kemampuan guru sebagai katalisator dalam
kegiatan pembelajaran. Kadar CBSA dalam suatu proses pembelajaran terlihat
sejak guru membuat persiapan pembelajaran, yakni pada jabaran kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa.
Dalam pelaksanaannya, CBSA merujuk
pada langkah-langkah sebagai berikut:
- Pemanasan.
- Pengamatan (observasi).
- Interpretasi dan Pengamatan.
- Peramalan.
- Aplikasi konsep.
- Perncanaan penelitian.
- Komunikasi.
- Strategi untuk membuat siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran, yaitu dengan:
- Berbagi Pengetahuan Secara Aktif.
- Rotasi Pertukaran trio.
- Menuju posisi.
- Membuat Iklim Belajar Menjadi Menyenangkan.
- Pertukaran Sudut Pandang.
- Bertanya benar atau salah.
- Hangman.
- Ambil Bagian dalam Pelatihan.
- Contoh cara pembelajaran aktif, meliputi:
- Dengan mengajak siswa mengacu pada Tujuan.
- Melibatkan Siswa.
- Menggunakan Seni, Gerakan, dan Indera.
- Meragamkan Langkah Kegiatan.
- Konsekuensi yang harus diterima dari adanya
pembelajaran aktif (berpusat/ berdasarkan siswa, meliputi:
- Guru menjadi seorang pengelola (manager) dan
perancang (designer) dari pengalaman belajar.
- Guru dan siswa menerima peran kerja sama (partnership).
- Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan
kelayakannya.
- Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan
syarat-syarat belajar (learning requirements).
- Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.
- Tujuan ditulis secara jelas.
- Semua tujuan diukur/dites.
Dan lebih jauh akan menuntut guru:
- Memiliki khasanah pengetahuan yang luas tentang teknik/
cara penyampaian atau sistem penyampaian.
- Memiliki kriteria tertentu untuk memilih sistem
penyampaian yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa
yang terlibat dalam proses pembelajaran.
B. SARAN
Perwujudan kreativitas subjek didik
perlu untuk mencapai perkembangan tertinggi yang dimiliki oleh manusia.
Sehingga nantinya mampu membangun dirinya sendiri dan berperan dalam
pembangunan bangsanya. Maka memerlukan suasana belajar yang mengedepankan
keaktifan dari peserta didiknya.
Dengan bekal tersebut diharapkan
peserta didik akan memiliki kesadaran terhadap tujuan hidupnya, apa yang
diharapkan dari padanya sesuai dengan kemampuan dan minatnya dan sebagaimana
cara ia memainkan perannya itu. Upaya ini akan mencerminkan pertumbuhan dan
keterlibatan dengan pembangunan bangsanya dan perwujudan dirinya menjadai
manusia yang kreatif dan mandiri.